Topeng pelengkap
Topeng-topeng yang menjadi pelengkap pada pagelaran tari Topeng Cirebon
Kiri atas, Tembem, Patrajaya, Prasanta, Sabdapalon.
Kiri bawah, Pentul, Sadugawe, Nayagenggong/Gareng.
Kanan atas, Sentingpraya bapaknya Jinggananom (dipercaya sebagai tokoh berdarah Tionghoa).
Kanan bawah, Ngabehi Subakrama ayah Tumenggung Magangdiraja.
Kiri atas, Tembem, Patrajaya, Prasanta, Sabdapalon.
Kiri bawah, Pentul, Sadugawe, Nayagenggong/Gareng.
Kanan atas, Sentingpraya bapaknya Jinggananom (dipercaya sebagai tokoh berdarah Tionghoa).
Kanan bawah, Ngabehi Subakrama ayah Tumenggung Magangdiraja.
Pada era sebelum tahun 70-an, menurut Ki Waryo (maestro tari
Topeng Cirebon gaya Palimanan) terdapat juga topeng-topeng lainnya yang menjadi
pelengkap babak dalam pagelaran tari Topeng Cirebon, mereka adalah
- Tembem, Patrajaya, Prasanta, Sabdapalon.
- Pentul, Sadugawe, Nayagenggong/Gareng.
- Sentingpraya bapaknya Jinggananom (dipercaya sebagai tokoh berdarah Tionghoa).
- Ngabehi Subakrama ayah Tumenggung Magangdiraja.
Pada era sekitar tahun
60-70-an topeng-topeng pelengkap seperti Sentingpraya masih dipentaskan
pada pagelaran dinaan (bahasa Indonesia: pagelaran siang) tari Topeng
Cirebon, pada periode tersebut menurut Ki Waryo, babak tumenggung
Mangangdiraja melawan Jinggananom akan diteruskan adegannya dengan mementaskan
adegan Aki-aki perangan dimana tokohnya adalah Sentingpraya, ayah
dari Jinggananom, dikarenakan Sentingpraya diwujudkan sebagai seorang
tokoh berdarah Tionghoa, maka pada
pagelaran tari Topeng Cirebon Sentingpraya disebut juga dengan nama Babah
Sentingpraya.
Pewarisan
keahlian
Pada tari Topeng Cirebon,
yang dimaksud proses pewarisan keahlian adalah mewariskan kemampuan dari
generasi yang lebih tua kepada yang lebih muda, proses pewarisan atau
pengalihan pengetahuan ini erat hubungannya dengan praktik adat istiadat dalam
konteks sebuah desa dan sesuai dengan lingkungan, adat, serta kepercayaan
setempat. Secara garis besar proses pewarisan keahlian dalam tari Topeng
Cirebon dibagi kedalam dua metode, yakni proses pewarisan secara tradisional
dan proses pewarisan secara modern.
- Proses pewarisan secara tradisional, proses pengalihan pengetahuan ini biasanya tidak dilakukan melalui pembelajaran yang spesifik, melainkan melalui pengalaman sehari-hari, pengamatan, dongeng-dongeng nenek moyang, dan sebagainya. Beberapa seniman Topeng Cirebon yang mengalami proses pembelajaran seperti itu antara lain Dasih, mimi Soedji, Ki Andet Suanda, Ki Sudjana, Ki Carpan, mimi Rasinah, mimi Dewi, dan mimi Sawitri
Proses pewarisan secara tradisional biasanya dilakukan dengan cara
penyampaian lisan, sang murid dalam proses tradisional ini biasanya selalu
mengikuti pagelaran tari topeng yang dilakukan oleh gurunya, sehingga ia
dituntut untuk mendengarkan dan melihat apa yang dilakukan gurunya diatas
panggung pagelaran, pada proses ini, murid belajar dengan cara mendengarkan,
melihat dan kemudian mengembangkan sendiri pola-pola gerakan tari Topengnya
miliknya, dikarenakan pada proses tradisional ini murid belajar langsunhg dari
gurunya dipanggung, maka dalam istilah adat Cirebon proses pembelajaran model
seperti ini dikenal dengan istilahguru panggung.
Proses pewarisan keahlian dalang Tari Topeng Cirebon kepada murid atau
keturunannya tidak selalu mengajarkan gerak tarian yang sama percis, menurut Ki
Sujana Arja (maestro tari Topeng Cirebon gaya Slangit) pengajaran gerakan
tarian Topeng ada yang sengaja dibedakan gerakannya dari guru kepada muridnya,
hal ini terbukti dari adanya gaya Celeng dan gaya Cipunegara yang berasal dari
keluarga yang sama yaitu Ki Kartam (maestro tari Topeng Cirebon gaya
Celeng) dan Ki Panggah (maestro tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara)
yang merupakan kakak – adik.
- Proses pewarisan secara modern, proses pengalihan pengetahuan ini biasanya dilakukan di sanggar-sanggar tari milik para dalang Topeng Cirebon, murid tidak hanya mendengarkan dan melihat gurunya mementaskan tari Topeng Cirebon saja, tetapi juga diajarkan pola-pola gerakan yang didapat gurunya secara turun temurun mulai dari kuda-kuda, gerakan tangan, tatapan wajah dan lainnya, sehingga pada proses ini bisanya memunculkan pola gerakan yang kurang lebih sama antara murid yang satu dengan yang lain di dalam satu sanggar tari.
Perkembangan
Gerakan tangan dan tubuh
yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang
dan rebab, merupakan ciri khas
lain dari tari topeng.
Kesenian Tari Topeng ini
masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering
dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional
daerah lainnya.
Salah satu maestro tari
topeng adalah Mimi
Rasinah, yang aktif menari dan mengajarkan kesenian Tari Topeng di
sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah yang terletak di desa Pekandangan, Indramayu, Indramayu.[24] Sejak tahun 2006
Mimi Rasinah menderita
lumpuh, tetapi ia masih tetap bersemangat untuk berpentas, menari dan
mengajarkan tari topeng hingga akhir hayatnya, Mimi Rasinah wafat pada bulan Agustus 2010 pada usia
80 tahun.
0 Komentar