Tari Topeng
merupakan tarian tradisional yang berkembang di Cirebon, Jawa Barat. Disebut
Tari Topeng karena para penari menutupi wajahnya dengan topeng ketika menari.
Topeng Cirebon biasanya terbuat dari bahan kayu lunak sehingga mudah dibentuk,
misalnya kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga ataupun kayu Lame. Meski terbuat
dari bahan yang lunak, tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian dalam
pembuatannya.
Bahkan bagi
seorang pengrajin ahli, membuat satu topeng membutuhkan waktu hingga satu hari.
Disamping adanya proses pewarisan keahlian dari generasi ke generasi,
kelestarian tradisi pembuatan topeng berkembang seiring dengan perkembangan
kesenian yang menggunakannya, diantaranya adalah Tari Topeng Cirebon.
Sebagai
sebuah karya seni, topeng dibuat bukan hanya dipandang sebagai kedok penutup
wajah. Dalam filosofi kebudayaan Cirebon, topeng lebih berfungsi sebagai hiasan
bagian depan sorban atau penutup kepala.
Pada
awalnya, Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu
Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah
serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena
memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran
tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu
oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan
untuk
Tidak hanya
topeng, Saat akan mementaskan tarian ini, banyak perlengkapan yang harus
dipersiapkan. Perlengkapan busana seperti baju yang berlengan dan dasi dengan
peniti ukon. Ukon adalah mata uang pada zaman dulu. Tak lupa juga ikat pinggang
yang dilengkapi badong, keris, gelang, dan juga kain batik.
Selain itu
perlengkapan yang harus dikenakan adalah kain sampur atau selendang, kaos kaki
putih sepanjang lutut, dan Mongkron yang terbuat dari batik lokoan. Penari
topeng juga mengenakan celana bawah lutut. Perlengkapan paling penting
dalam pementasan tarian ini adalah kedok atau topeng, yang terbuat dari kayu.
Untuk
memakai topeng ini adalah dengan cara digigit pada bantalan karet di bagian
dalam topeng tersebut. Selain itu penari juga mengenakan penutup kepala yaitu
sobra, yang dilengkapi dengan dua buah sumping dan jamangan. Pada saat
mementaskan topeng tumenggung, busana penari ditambah dengan mengenakan tutup
kepala kain ikat dan dilengkapi dengan peci dan kaca mata.
Tidak hanya
satu jenis alat musik saja yang mengiringi tarian ini. Perpaduan antara
beberapa alat musik, membuat tarian ini menjadi unik dan penonton mudah terbawa
dalam suasana pentas.
Ada
beberapa alat musik untuk mengiringi pementasan tarian ini, antara lain:
Satu Pangkon Saron.
Satu Pangkon Bonang.
Tiga Buah Gong yaitu Kiwul, Sabet, Telon.
Satu Pangkon Titil.
Satu Pangkon Kenong.
Seperangkat Alat Kecrek.
Satu Pangkon Jengglong.
Satu Pangkon Ketuk.
Dua Buah Kemanak.
Satu Pangkon Klenang.
Seperangkat Kendang Yang Terdiri Dari Ketiping,
Kepyang, dan Gendung
Lagu pementasan tari topeng
Pada saat
pementasan, tarian ini tidak hanya diiringi musik saja, melainkan juga diiringi
oleh lagu lagu. Hal ini akan menambah keunikan dari tarian ini. Lagu untuk
mengiringi tarian ini tidak hanya satu lagu saja, melainkan ada beberapa lagu
antara lain:
Kembangsungsang
Untuk Topeng Panji.
Kembangkapas
Untuk Topeng Samba.
Rumyang
Untuk Topeng Rumyang.
Pementasan
tarian ini bertujuan untuk hiburan dan juga untuk menyampaikan pesan moral
kepada masyarakat. Dalam Tarian ini terdapat beberapa topeng dengan
simbol-simbol yang mengandung banyak pesan moral.
Seperti
ajakan untuk hidup di jalan yang lurus serta ajakan untuk perbanyak berdzikir
dan istighfar. Pada setiap jenis topeng juga terdapat makna dan cerita.
Dalam gaya
Losari, musik yang mengiringi tarian ini adalah gamelan yang terpengaruh oleh
budaya dari Jawa. Saat penampilan, Dalang gaya Losari ini menjadikan para
penabuh gamelan atau nayaga dan juga kotak topeng sebagai pusat
dari pertunjukan.
Banyak dari
kelompok tarian gaya Losari ini menjaga kesucian ritual tarian dan juga harga
dirinya. Karena hal itu, beberapa juga menolak jika penampilannya diselingi
dengan pertunjukan organ.
Ada beberapa musik
pengiring dalam tarian gaya Losari ini :
Gagalan atau Tetaluan, berfungsi sama dengan gaya Gegesik di atas.
\Rumyang, sama seperti namanya, musik ini menjadi
pengiring dalam babak Rumyang
di lakon Samba.
Gonjing Pangebat, musik yang berfungsi menjadi pengiring lakon Klana Bandopati.
Ombak Banyu, musik ini untuk mengiringi lakon Tumenggung Magangdiraja yang
berasal dari negeri Bawarna.
Bendrong, fungsi dari musik ini sebagai pengiring dari lakon Jinggan Anom dan
Tumenggung Magangdiraja.
Barlen, merupakan musik pengiring untuk lakon
Patih Jayabadra dan Kili Paduganata.
unggal,
maupun musik dangdut berdasarkan permintaan dari penonton.
ntuk musik
pengiring dari gaya Palimanan keseluruhannya mencakup tetaluan, untuk urutannya adalah sebagai berikut :
Kembang
Sungsang, adalah
tetaluan saat pagelaran babak Panji.
Gaya-gaya, adalah tetaluan pada babak
Samba, nama ini diambil dari watak Samba yang banyak tingkah dan juga lincah.
Malang
Totog, adalah
tetaluan di babak Tumenggung. Arti dari nama musik pengiring tersebut adalah
Belalang yang sedang menotog.
Bendrong, adalah tetaluan pada babak Jingga
Anom dan juga Klana Udeng.
Gonjing, adalah tetaluan saat babak Klana.
Kembang
Kapas, adalah
tetaluan pada babak Rumyang.
Tari Topeng
Cirebon gaya Gegesik ini dalam pementasannya memiliki musik pengiring. Berikut
adalah nama-nama dari musik pengiringnya :
Tetaluan atau Gagalan, adalah
gamelan yang ditabuh dan dimainkan sebelum dalang topeng masuk ke dalam
panggung.
Kembang
Kapas, adalah
lagu yang dimainkan untuk mengiringi tarian ini saat babak Rumyang.
Gonjing, merupakan lagu yang dimainkan untuk
mengiringi tarian saat babak Klana.
Bendrong atau Tumenggungan, seperti
namanya lagu ini dimainkan saat babak Tumenggung ataupun Patih.
Singa
Kawung, adalah
lagu yang dimainkan untuk mengiringi tarian saat babak Samba.
Kembang
Sungsang, merupakan
lagi yang dimainkan untuk mengiringi tarian saat babak Panji.
0 Komentar