Konsep Tari Topeng Kelana



tari topeng kelana Cirebon merupakan salah satu bentuk repertoar tari yang berlatar belakang cerita panji.kata topeng di samping menunjukan penutup muka (kedok), juga sekaligus menunjukan pada pelaku penari (dalang topeng) dan pertunjukan tari secara keseluruhan. Adapun repertoar tari kelana merupakan salah satu tarian yang ada pada tari topeng Cirebon, berkarakter fafah dan aktraktif. Oleh karena itu, keragaman motif gerak dan dinamika irama dalam struktur koreo-grafinya sesuai engan karakteristik topeng (kedok) yang dipkainya. Denga demikian, maka untuk mewujudkan konsep penyajian digunakan metode gubahan tari dengan mengembangkan unsur ruang, tenaga dan waktu melalui pengolahan motif gerak, dinamika irama, pola pantai, arah hadap, arah gerak dan ruang gerak. Hasil yang dicapai adalah sebuah gaya penyajian baru dengan tetap mempertahankan ensensi sumbernya.
Tari topeng Cirebon merupakan salah satu bentuk pertunjukan tari yang berkembang di Cirebon. Pertunjukan utama yang di tonjolkan adalah kelihaian penari dalam memainkan atau menghidupkan karakter kedok tersebut. Penting disampaikan, bahwa penggunaan kata topeng bagi masyarakat cirebonn menunjuksn identitas pelaku seni (penari) dan menunjukan pertunjukantari yang menggunakan kedok sebagai penutup wajah dan berlatar belakang cerita panji. Sehubungan dengan keterangan tersebut toto amsar (2009 : 25) menjelaskan, bahwa “kata topeng, bagi masyarakat Cirebon bukanlah berarti sebuah benda sebagai penutup muka, sebagaimana istilah dalam kamus bahasa Indonesia, mereka sebut dengan istilah kedok (kedhok,jawa)”.

Awal kemunculan topeng Cirebon di- peopori oleh wong bebarang (pengamen) yang berasal dari kesenian jawa. Diperkirakan sekitar abad ke XIV-XV yang berbarengan dengan dimulainya syiar islam di daerah Cirebon. Kemudian para wali sebagai penegak agama islam di Cirebon, menyusun kembali kesenian tersebut dengan tujuan sebagai media syiar islam agar dapat dikenal dan diterima oleh masyarakat. Kemasan antara budaya bebarang dan ajaran islam tersebut diyakini dapat membuka jalan masuknya agama islam khususnya oleh sunan kalijaga.

Melalui tradisi bebarang inilah putra sunan kalijaga, yaitu sunan panggung, melakukan kegiatan syiar islam dengan cara bebarang (ngamen), berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu desa ke desa yang lain mengadakan peertunjukan wayang dan topeng dengan tujuan mengislamkan Cirebon. Setelah islam diterima oleh masyarakat, fungsi pertunjukan topeng bukan hanya untuk menyebarkan agama islam, melainkan menjadi dasar pewarisan tari topeng secara turun temurun, saran pendidikan, dan menjadi sarana hiburan bagi masyarakat.
Berikut macm-macam bentuk pertunjukan topeng dikutip dari buku yang berjudul tarian khas jawa barat karya dedi rosala antara lain:

Topeng babarang atau barangan dibawakan oleh sekelelompok rombongan topeng deangan cara berkeliling ke berbagai daerah.
Topeng hajatan atau dinaan (dinaan artinya sehari). Jadi topeng dinaan adalah topeng yang dipertunjukan sehari penuh. Biasanya, bentuk pertunjukan ini dilaksanakan pada acara hajatan, seperti khitanan atau perkawinan.
Topeng ngunjung diadakan hanya pada acara yang berkaitan dengan kepercayaan.biasanya, waktu dan tempat pelaksaanaan nya pun tertentu, misalnya, setahun sekali dan pada buan yang telah ditentukan, sedengkan tempat pelaksanaanmya di makam para leluhur
Topeng kupu tarung hampir sama dengan topeng dinaan.hanya letak perbedaannya, bentuk ini terdiri atas dua kelompok atau lebih. Secara bersamaan mereka menari tanpa kompromi terlebih dahulu.kemudian pada saat-saat tertentu mereka memperliatkan kelebihan dalam hal keterampilan menarinya.

berdasarkan tradisi bebarang (mengamen) inilah, maka dibeberapa daerah Cirebon dan sekitarnya muncul berbabagai macam tari topeng. Kekhasan yang sangat menonjol terliat dari gerak gaya menarinya, contoh nya tari topeng losari, topeng slangit, topeng gersik, topeng perkandangan,topeng subang, topeng indramayu, topeng kreo, topeng palimanan dan seterusnya. Nama daerah yang melekat tersebut, berkaitan dengan asal keberannya. Selain ama daerah, ada juga sebutan lain yang biasa menujunkkan  ciri masing-masing dalang topeng (penari topeng) yaitu yang dikaitkan dengan nama penari utama misalnya topeng keni,topeng Dewi, topeng Sawitri dan lainnya. Sebutan topeng yang dikaitkan dengan nama orang sangat kuat hubungannya dengan gaya menari dan motif koreografi. Misalnya topeng Sujuna motif gerak kakinya lincah dan terlihat kesan ringan sat melangkah ataupun ngongkrak. Sedangkan topeng Swaitri pada saat adeg-adeg bentuk kakinya lebar terbuka ke samping, menimbulkan kesan panceg atau kuat.
     Pada umumnya tari topeng Cirebon memiliki lima wanda (karakter) yaitu; topeng panji, topeng pamindo, topeng rumyang, topeng tumenggung, topeng klana. Keberagaman pada gaya menari itulah yang menawarkan banyak pilihan bagai selera masyarakat dalam menikmati pertunjukkan topeng. Berkaitan dengan tugas akhir program S1, penulis memilih sajian topeng klana Cirebon gaya slangit.tari topeng klana Cirebon gaya slangit merupakan salah satu repertoar tari yang termasuk dalam rumpun tari Topeng Cirebon. Seperti yang sudah diielaskan ulusan sebelumnya, utamanya tari topeng gaya slangit sebelumnya, utammanya tari topeng gaya slangit memiliki lima karakter sebagai filosofi fase kehidupan manusia yang tiap topengnya memiliki karakter tersendiri berikut tingkatkan karakter topeng menurut toto amsar yaitu:

                                                                                                                                                   


Posting Komentar

0 Komentar