Tari Topeng kelana udeng


                              Klana Udeng disanggar Mulya Bhakti di Desa Tambi Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. Namun dengan seiringnya perkembangan, masyarakat mulai melupakan kesenian tersebut dan bahkan banyak orang yang belum tahu Tari Topeng Klana Udeng. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengambil dengan judul TARI TOPENG KLANA UDENG DI SANGGAR MULYA BHAKTI DESA TAMBI KECAMATAN SLIYEG KABUPATEN INDRAMAYU. Dalam bukunya Soedarsono yang berjudul Tari-tarian I menurut John Martin bahwa Apabila Tari dianalisis secara teliti, maka akan tampak di antara sekian banyak elemen yang terdapat didalamnya, ada dua yang paling penting, yaitu gerak dan ritme. John Martin, seorang penulis dan kritikus tari dari Amerika Serikat dalam bukunya yang berjudul The Modern Dance mengemukakan, bahwa substansi baku dari tari adalah gerak. Disamping itu ia mengutarakan pula, bahwa gerak adalah pengalaman fisik yang elementer dari kehidupan manusia. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan-denyutan di seluruh tubuh manusia untuk tetap dapat memungkinkan manusia hidup, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional manusia. Gerak-gerak ekspresif ialah gerak-gerak yang indah, yang bisa menggetarkan perasaan manusia. Adapun gerak yang indah, ialah gerak yang distilir, yang didalamnya mengandung ritme tertentu. Lebih jelas dapat diutarakan, bahwa gerak itu merupakan gejala yang paling primer dari manusia dan gerak merupakan media yang paling tua dari manusia untuk menyatakan keinginankeinginannya atau merupakan bentuk refleksi spontan dari gerak batin manusia.
                    Dengan landasan, bahwa materi baku dari tari adalah gerak, maka tidaklah mengherankan apabila ahli-ahli tari mengemukakan manusia di dunia ini. Hal ini disebabkan, selain bentuk geraknya serta iringan gamelannya yang sulit untuk diikuti, khususnya pukulan kendangnya, (tidak banyak pangrawit Bandung dapat memukul kendang dengan gaya khas Cirebon), juga karena faktor sosial. Masalahnya, yang mengajarkan tari Topeng pada saat itu umumnya dari kalangan rakyat biasa (penari Topeng bebarang) (Endang Caturwati, 1992: 23). Menurut Toto Amsar bahwa Topeng adalah peranan topeng sejak dahulu terkait dengan kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Awalnya masyarakat menjadikannya sebagai pemujaan kepada para leluhur. Manusia primitif yang sudah dikondisikan oleh tradisi dan kepercayaan kelompoknya, dan dipengaruhi oleh respon massa, selalu sangat dipengaruhi figur topeng dalam upacara. Di daerah-daerah yang masih menganut kepercayaan pada masa pemujaan nenek moyang, upacara pemanggilan nenek moyang biasanya diadakan dengan dukungan tari-tarian dan nyanyian. Untuk keperluan itulah, pertunjukan topeng menempati peranan yang sangat penting. Pertunjukan Topeng Cirebon pada dasarnya memamerkan tarian individual. Oleh karenanya ia hadir dengan gaya yang unik sebagai hasil dari karakteristik gerak personal dan mampu menampilkan teknik dan keadaan fisik. Banyak dalang Topeng Cirebon yang memiliki gaya penampilan berbeda antara sesama dalam. Namun demikian masih menunjukkan hubungan dengan gaya tersebut (Toto Amsar, 2000: 88). Perubahan sosial budaya di Cirebon yang berpengaruh terhadap kehidupan pertunjukan Topeng dan senimannya dengan ditandai, antara lain oleh perubahan pandangan 3 keagamaan dan peristiwa politik, serta modernisasi. Perubahan pandangan keagamaan di desa-desa berhubungan dengan kecenderungan pemurnian Islam dan pandangan dari Sudut moral.
                     Seniman Wayang dan Topeng Cirebon merupakan anggota masyarakat yang berpegangan kepada kepercayaan tradisional yang mengandung unsur animisme, seperti misalnya percaya ke perdukunan, peramalan di dalam paririmbon, mantera-mantera, benda pusaka, dan lain sebagainya (Masunah, 2000:57). METODE Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik, karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang Antropologi Budaya. Selain itu disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih bersifat kualitatif. Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dibuat-buat oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi ketentuan pada objek tersebut. Sebagaimana dikemukakan dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, dan bisa melihat situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Data kualitatif tentang objeknya dinyatakan dalam kalimat, yang pengolahannya dilakukan melalui proses berfikir (logika) yang bersifat kritik, analisis, dan tuntas. Penelitian kualitatif menuntut keteraturan, ketertiban dan kecermatan dalam berfikir, tentang hubungan data yang satu dengan data yang lain dan konteksnya dalam masalah yang akan diungkapkan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersift deskriptif dan cenderung menggunakan pendekan induktif, atau lebih jelasnya penelitian kualitatif ialah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan dan juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Pengertian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data secara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang di ketahui dari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, Klana, baru Kelana Udeng. Gerakan Tari Topeng mayoritas sulit, dan yang belajarnya anak kecil, jadi di sanggar Mulya Bhakti ini memberikan pembelajaran Tarian Topeng Klana Udeng sebagai pembuka atau pengenalan Tari Topeng Klana Udeng di sanggar Mulya Bhaktimulai dari gerak pokok, sederhana, dan utuh. Gerak dalam bentuk penyajian Tari Topeng Klana Udeng yang berkembang, terdapat beberapa gerakan yang diambil dari gerakan dasar Topeng seperti adeg-adeg, mincid + seblak tangan, ngumis. Adapun gerak yang diambil dari pencak silat seperti, pukul, dan tangkisan. Walaupun Wangi membakukan gerakannya sederhana dan nama-nama gerakannya tidak neko-neko tetapi gerakannya mudah dicerna atau diserap oleh anak didiknya. mengenai analisis terhadap struktur gerak tari topeng Klana Udeng dengan mengacu kepada teori struktur gerak yaitu (locomotion) atau disebut juga dengan perpindahan tempat, kemudian gerak murni (pure movement), gerak maknawi (gesture), ditambah dengan gerak penguat ekspresi (baton signal), di bawah ini struktur gerak topeng Klana Udeng. Tata rias wajah adalah kegiatan mengubah penampilan dari bentuk sebenarnya, dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Untuk kebutuhan pendukung sebuah tarian, rias mempunyai kedudukan yang penting dalam membantu memperkuat karakter serta mempercantik penari seperti yang di ungkapkan Endang Caturwati dkk bahwa: Tata rias tari tujuan khusus untuk memenuhi kebutuhan watak atau cerita berdasarkan konsep dan tujuan isi penciptaan tarian. Rias tari dimaksudkan untuk mencapai kesempurnaan pertunjukan. Menerapkan rias tari berpedoman pada watak tari sebagaimana interprestasi pencipta tarian atau penata rias. Olesan rias yang diterapkan pada muka penari berupa riasan yang disesuaikan dengan tokoh atau peran yang diinginkan. (1997:29). Sebagai penunjang dalam mengungkapkan karakter pada penari dalam pertunjukan Tari Topeng Klana Udeng tersebut, busana juga dapat dijadikan sebagai penunjang dalam menentukan karakter penari dalam pertunjukan Tari Topeng Klana Udeng, busana yang digunakan adalah selendang/samping, baju sontog, sampur, stagen, juna/kerodong, kace, boro/angkin/badong(ketimang), udeng, kalung ringgit/koin mas, dasi, gelang tangan, gelang kaki untuk kebutuhan pertunjukan Tari Topeng Klana Udeng sebagai pelengkap tari tersebut, maka dibuatlah beberapa stel kostum (busana) yang dirancang sedemikian rupa, sehingga tarian tersebut dapat menarik masyarakat penggemarnya dan menjadi keutuhan seni pertunjukan. Busana tari selain memiliki fungsi dan tujuan yaitu menampilkan keindahan dan menggambarkan identitas tariannya. Oleh karena itu tari busana harus serasi, enak dipakai, nyaman, dan aman sehingga peran yang dimainkan bisa lenih menonjol. Tari Topeng Klana Udeng adalah merupakan tari yang melalui perubahan dari pertunjukan yang atraksi menjadi sebuah tarian yang baku dan banyak di gemari oleh anak-anak. Kemudian terdapat beberapa unsur seperti unsur gerak. Gerak dalam bentuk penyajian Tari Topeng Klana Udeng yang berkembang, terdapat beberapa gerakan yang diambil dari gerakan dasar Topeng seperti adeg-adeg, mincid + seblak tangan, ngumis. Adapun gerak yang diambil dari pencak silat seperti, pukul, dan tangkisan. Walaupun Wangi membakukan gerakannya sederhana dan nama-nama gerakannya tidak neko-neko tetapi gerakannya mudah dicerna atau diserap oleh anak didiknya. Kemudian rias dan busana berdasarkan keseluruhan dari bentuk koreografinya. Pertunjukan tari tersebut menggunakan bentuk rias cantik, kesan karakter cantik disesuaikan dengan kebutuhan pada saat pentas yang diperlukan, karena pada saat menarikan Tari Topeng Klana Udeng memakai topeng atau kedok.

Posting Komentar

0 Komentar