Topeng dalam wujud bidadari merupakan ciptaan Anom yang terinspirasi dari kecantikan bidadari dari kayangan dalam cerita Arjuna Wiwaha atau Arjuna Tapa. Bidadari dalam bahasa Sanskerta, yaitu vidhyadharī atau Apsara (Sanskerta: apsarāḥ) adalah mahluk berwujud manusia berjenis kelamin wanita yang tinggal di kahyangan atau surga dalam kepercayaan Hindu. Tugas dan fungsi mereka adalah menjadi penyampai pesan para dewa kepada manusia, sebagaimana para malaikat dalam kepercayaan Semit. Ada kalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seseorang (pria) dalam bertapa, dengan cara mencoba membangunkan para petapa dari tapa mereka. Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji para petapa. Dalam penampilan fisik, mereka memang dilukiskan sebagai sosok yang sangat cantik jelita dalam wujudnya yang sempurna sempurna nyaris tanpa cela. Tak jarang salah satu diatara mereka diberikan kepada seseorang untuk diperistri sebagai hadiah atas jasa orang terhebat dalam melakukan sesuatu yang luar biasa demi kebaika. Misalnya dalam serita Arjuna Wiwaha bidadari Supraba dijodohkan dengan Arjuna setelah berhasil menumpas Raksasa Niwatakawaca yang tiada lain adalah musuh para dewa dan kayangan.
Kata “bidadari” dalam bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, begitu pula bahasa Jawa dan Bali. Dalam tradisi Jawa, bidadari yang juga disebut apsari juga disebut widodari, sedangkan dalam bahasa Bali, bidadari atau apsari dikenal dengan sebutan widyadari atau dedari. Istilah widodari dari Jawa dan widyadari/dedari dari Bali, berasal dari kata vidhyadhari dalam bahasa Sanskerta. Vidhya berarti cantik. Bentuk topeng bidadari ini merupakan suatu kreasi atau penciptaan dengan penekanan dari segi kebaruannya atau modernisasi. Salah satu ciri pembentukan mosednisasi dalam seni topeng Anom itu adalah friksi desain dan seni murni. Spirit industri dan demokrasi yang membangkitkan arus menentang prinsip-prinsip keindahan seni murni yang dianggap membawa spirit lama. Oleh karena itu, hal ini dapat dilihat pada orentasi karyanya bertitik tolak pada fungsi dan kepentingan masyarakat. Anom pernah mengatakan bahwa dalam proses penciptaanya seni itu tidak mengulang alam dan merupakan suatu jenis kreasi atau penciptaan baru sehingga kesegaran dan orijinalitas melekat pada karyanya sebagai unur-unsur seni modern. Dalam ungkapan seninya Anom menolak teori Aristoteles yang mengatakan bahwa seni merupakan peniruan (mimesis) dari alam. Karena menurut Anom seni sesungguhnya menghasilkan sesuatu yang lain sama sekali dari realitas alamiah. Karya seni meskipun dalam arti tertentu mempunyai kemiripan dengan alam, namun ia sudah tercabut dari kenyataan alamiah. Pada seni terdapat prinsip kelainan dari alam, yang membuat seni itu sungguh-sungguh berdiri sendiri sebagai ciptaan pribadi. Prinsip ketercabutan dari kenyataan alamiah menjadi prinsip dasar penciptaannya. Lebih lanjut Anom mengatakan seni topeng sesungguhnya bertitik tolak dari asumsi bahwa topeng adalah hasil simbolisasi manusia, maka prinsip penciptaannya mengambil pola dari prinsip simbolisasi atau pembentukan simbol. Dalam karya seni topeng inspirasi memegang peranan yang penting di dalam aktivitas penciptaan, yang disertai dengan pengalaman estetik, di mana manusia memperoleh kesan dalam kehidupannya. Dari pengalamannya Anom sebagai seniman topeng cenderung ingin mengabadikan kesan yang dimilikinya itu. Kesan-kesan inilah yang kemudian dituangkan dan diabadikan dalam sebuah karya seninya dalam bentuk seni topeng. Seperti dalam karya yang berjudul bidadari tidak merupakan tiruan alam semata akan tetapi telah diolah dan di selaraskan dengan unsur yang berperan dalam proses penciptaan. Maka dalam kedudukannya Anom sebagai seniman pencipta (creator), ide dan media yang berpangkal pada dirinya dicoba untuk dianalisis nilai-nilai teknis, estetis dan nilai ekspresinya. Kemampuan anom dalam mengolah segala sesuatu yang ada di dalam (internal) maupun di luar dirinya (eksternal) melalui proses penghayatan yang mendalam, tercermin dalam Topeng Bidadari
Ungkapan eskpresi seni topeng Anom dalam bentuk topeng bidadari dikerjakan dengan penuh ketelitiaan baik dari proses pembentukan sampai pada tahap finisinggnya. Ini terlihat jelas dari segi kelaikan topeng itu sendiri sampai pada unkapan ornamenya serta pewarnaanya, menunjukan adanya kesungguhan seorang seniman di dalam menuangkan ide-idenya yang penuh dengan nilai-nilai simbolis. Hal ini terlihat jelas dalam pembuatan detail mahkotanya yang diungkapkan dengan kesederhanaan bentuk tetapi tetap dapat mewakili maksud dan tujuan penciptanya. Bidadari adalah mahluk kayangan yang setiap saat turun kebumi dan kembali kekayangan, ini diungkapkan melalui bentuk mahkotanya yang menggambarkan atribut burung yang memiliki sayap dan ekor sebagai tandan untuk dapat terbang. Selain itu ungkapan ini disertai dengan warna keemasan yang dapat mencerminkan nilai-nilai keagungan dari bidadari itu sendiri sebagai mahluk kayangan. Pada mahkota juga diberikan warna hijau dan biru dalam ungkapan gradasi warna (secawian) dari warna muda ketua berujung pada warna putih, hal ini dapat mencerminkan ungkapan seniman yang penuh dengan rasa kedamaian dan kesejukan. Secara utuh topeng bidadari ini berwarna putih dengan sapuan kuas yang sangan halus sebagai lambang dari kesucian sebagai mahluk kayangan, warna-warna yang diungkapkan selain sebagai simbol juga berfungsi sebagai wakil dari benda yang sebenarnya seperti warna hitam pada alis, tidak mempunyai pretensi apa-apa terkescuali sebagai wakil dari warna hitamnya alis itu sendiri.
Berbeda dengan warna merahnya bibir pada topeng bidadari ini selain sebagai ungkapam yang mewakili bibir itu sendiri, merahnya bibir juga sebagai lambang seksual yang dapat menggoda bagi penikmatnya. Secara keseluruhan topeng bidadari ini selain sebagai simbol juga memiliki peran tersendiri sebagai ungkapam karya seni modern yang mengedepankan nilai-nilai estetika, etika dan logika yang di landasi oleh nilai-nilai agama Hindu. Sebenarnya setiap manusia memiliki 1 buah panca indera yang lain, yaitu mata ketiga yang juga dikenal sebagai “mata bathin”. Namun tidak semua mata ketiga pada setiap manusia sudah terbuka atau aktif. Apabila mata ketiga sudah terbuka atau aktif, maka manusia tersebut akan dapat melihat berbagai bentuk energi/ mahluk/ ghaib, dan disatu sisi yang lain justru tidak terlihat oleh manusia yang mata ketiganya belum terbuka/aktif. Pembukaan mata ketiga ini dilakukan menggunakan Doa, tenaga dalam, yoga serta menggabungkan beberapa metode dan teknik khusus. Sehingga mata ketiga yang sebelumnya tertutup dapat terbuka dan menjadi aktif. Apa bila manusia dapat membuka mata ketiganya dan aktif dengan sempurna, maka akan langsung dapat melihat mahluk ghaib, energi maupun yang lainnya. Mata ketiga ada juga yang mengistilahkan sebagai penglihatan tembus, dan juga ada yang mengistilahkan dengan kepekaan perasaan atau intuisi. Kekuatan intuisi inilah yang membangkitkan Anom dalam berkreativitas sehingga ide-idenya mengalir begitu saja dalam dirinya tanpa adanya tekanan-tekanan sampai akhirnya terwujud suatu karya seni topeng dalam bentuk “pembukaan mata ketiga”. Kepekaan dan kemampuan mengolah segala sesuatu yang ada di dalam dirinya (internal) maupun di luar dirinya (eksternal) disertai dengan penghayatan yang dalam, untuk selanjutnya dinyatakan dalam bentuk
0 Komentar