Unsur-Unsur Pembentuk Topeng Modern


    Topeng merupakan salah satu peninggalan seni budaya Bali yang memiliki bentuk dan karakter yang khas. Unsur-unsur bentuk yang digunakan untuk mewujudkan seni topeng tidak berbeda dengan unsur-unsur seni rupa lainnya seperti titik, garis, bidang, warna, tekstur dan ukuran yang secara visual dapat dilihat. Melalui unsur visual ini, melalui pahatan dan sapuan kuas, seseorang dapat mewujudkan bentuk dan karakter seni topeng sesuai dengan keinginnannya. Selain itu, bagian-bagian yang sangat menentukan terwujudnya suatu bentuk karya seni adalah pemahaman tentang ‘kerangka’ dari pengertian unsur-unsur rupa itu sendiri sehingga seorang seniman akan mampu membuat karya seni rupa menjadi lebih sempurna dan metaksu. Anom mengkombinasi titik dalam karya topengnya, merupakan keunikan dan karakter dari kreativitasnya terutama dalam memberikan ornamen untuk hiasan lainnya. Satu titik saja belum dapat berbicara mengungkapkan suatu ekspresi, namun susunan dari empat sampai lima saja mampu membentuk ragam hias seni topeng yang beraneka bentuk. Seperti misalnya dalam topeng yang berjudul ”Garam dan Merica” merupakan kumpulan titik yang disusun sedemikian rupa sebagai motif topeng untuk menghiasi bentuk topeng dengan nilai keindahan tersendiri sebagai ungkapan karya seni yang memiliki makna ganda yaitu bermakna simbolis dan bermakna estetik. Dalam seni topeng Anom, titik disini tidak saja digunakan sebagai ungkapan ekpresi semata, tetapi juga digunakan sebagai pembentuk karakter yang mempunyai kekuatan magis.
    Kehadiran garis dalam seni topeng dapat membarikan banyak arti, seperti misalnya garis sebagai pembentuk karakter topeng, garis sebagai pembentuk bidang, garis sebagai pembatas bidang, dan garis sebagai simbol. Garis dalam seni topeng modern Anom, dimanfaatkan sesuai dengan bentuk yang mengacu pada fungsi, sehingga garis ungkapannya dapat membentuk simbol, membatasi bidang, pembagi bidang dan juga dapat memberikan karakteristik karyanya. Dengan demikian ungkapan garis dalam karya-karyanya, Anom dalam hal ini dapat memberikan banyak arti baik secara kasat mata maupun secara abstrak yang membentuk keindahan sebagai ungkapan pribadinya. Garis-garis ekpresi yang ditampilkan pada topeng Anom merupakan garis-garis yang tegas. Hal ini membuktikan bahwa Anom merupakan seniman topeng yang sudah sangat berpengalaman, dan terlatih, di dalam mengekpresikan isi hatinya tanpa adanya keraguan. Di dalam mengungkapkan garis-garis baik sebagai pembentuk karater atau pun sebagai simbol, di ungkapkan melalui tehnik sigar mangsi atau dengan gradasi warna muda ke warna tua dan sebaliknya. Ungkapan garisnya terkadang juga di berikan warna keemasan (prada) yang mengalir begitu saja tanpa ada sekat pembatas sehingga ungkapan garisnya menjadi ciri khas ungkapan seniman Bali yang lembut tetapi tegas, seperti terungkap pada garis mata, lekukan pipi, guratan dahi dan garis-garis ornamen penghias topengnya. Ungkapan garis tersebut diatas merupakan olahan seni yang di landasi atas karakter topeng yang akan dibuatnya seperti misalnya garis-garis yang diungkapkan melemgkung turun dapat memberikan kesan kesedihan, tua dan ketakutan.Sedangkan garis-garis yang diungkapkan melengkung ke atas memberikan kesan kegembiraan dan tersenyum. Karakter garis seperti ini amat dikuasai oleh Anom sehingga karya-karyanya terkesan sangat realistik dan penuh dengan nilai-nilai keindahan. Ungkapan garisnya diawali dengan tehnik pahatan yang selajutnya dipertegas dengan warna, baik dalam tehnik sigar mangsi maupun dikontur sehingga garis-garisnya menjadi jelas dan tegas. Dengan demikian garis-garis yang diungkapkannya sangat ekpresif dan tegas, bertujuan pula agar terkesan lebih natural.
         Adanya unsur bidang adalah unsur yang menunjukkan kesan keluasan, kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Dalam karya rupa bidang berfungsi:
 (a) untuk menekankan nilai ekspresi dan nilai gerak (movement), nilai irama (rhythm) dan nilai arah (direction)
 (b)  untuk memberikan batas dan bentuk serta ruang seperti yang tampak pada bangunan patung dan topeng
 (c) untuk memberikan kesan trimatra (tiga dimensi) yang ditimbulkan oleh batasan panjang, lebar dan tinggi.
      Selain itu, bidang juga memiliki sifat tersendiri seperti :
(a) Bidang harizontal dan vertikal yang memberikan kesan tenang, statis, stabil dan gerak; (b) Bidang bundar yang memberikan kesan kadang-kadang stabil, kadang-kadang gerak
(c) Bidang segitiga yang memberikan kesan statis maupun dinamais
(d) Bidang bergelombang (cekung dan cembung) yang memberikan kesan irama dan gerak.


     Bentuk bidang dalam karya rupa terdiri dari bidang negatif bidang positif. Bidang negatif adalah apabila bidang itu terbentuk dengan tiga garis atau empat garis dan dianggap berlubang atau tembus, hingga garis yang dibuat berfungsi sebagai contur, contoh konkritnya adalah lubang mata pada topeng. Sedangkan Bidang Positif, apabila bidang tersebut terbentuk berjajar dan bersambungan garis-garis yang banyak, contoh konkritnya adalah keras, bidang yang dibuat dari bambu yang dirajut. Dalam seni topeng modern karya Anom, bidang dimanfaatkan sebagai pembentuk karakter dan identitas topeng. Selain itu, juga bidang dimanfaatkan untuk menekankan nilai ekspresi, nilai gerak, nilai irama, dan nilai arah yang terbentuk melalui ruang negatif.                        Pemanfaatan ruang negatif seperti tersebut di atas juga dapat memberikan ruang gerak yang estetis sehingga kelincahan pemakainya dapat terungkap sesuai dengan keinginannya.            Perwujudan Ruang semacam ini juga mempunyai fungsi untuk memudahkan si pemakai dalam berkomunikasi (bersuara) dan melihat disekitarnya disaat topeng tersebut dipergunakan.
Tekstur yang dapat dilihat atau diraba pada permukaan bidang dibedakan antara tekstur alamiah (artificial textur) dan tekstur buatan (natural texstur). Tekstur alamiah adalah watak bidang yang tercipta oleh alam, seperti urat kayu atau batu. Tekstur buatan atau tiruan ialah watak bidang yang dibuat (disebut juga tekstur simulasi), untuk membuat watak bidang kayu berkesan tertentu dengan cara tehnik gambar tertentu.
       Dengan demikian tekstur memiliki fungsi untuk memberikan watak tertentu pada bidang permukaan yang dapat menimbulkan nilai estetik. Misalnya tekstur dari urat-urat kayu ditonjolkan pada permukaan bidang sesuai dengan bentuknya. Pembentukan tekstur bisa terjadi dari tiga proses, yaitu proses kimiawi (chemis). proses mekanik, proses alami, proses cetak (buatan tangan). Dalam seni topeng modern karya Anom, tekstur yang diungkapkan merupakan kualitas yang dapat dilihat dan diraba yang diberikan oleh permukaan topeng melalui ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian-bagian topeng tersebut. Fungsi teksturnya dapat menentukan sampai dimana permukaan topeng dapat memantulkan atau menyerap cahaya yang ada mengingat fungsi dari topeng sebagai penutup muka dalam pementasan drama tari. Namun secara umum tekstur Anom dalam karyanya lebih menekankan pada tekstur halus dan tekstur semu. Tekstur halus sebagai ungkapan untuk pencapaian keindahan yang sempurna sehingga karya-karyanya berkesan seperi dilapisi kaca namun tidak memantulkan cahaya dan berkesan doof. Sedangkan tekstur semu sebagai ungkapan untuk memberikan kesan antiques, serperti terungkap dalam karya-karyanya yang memiliki kesan kasar dan berbintik-bintik akan tetapi bila diraba berkesan sangat halus dan merata.
Masa kini, orang mempercayai warna sebagai ungkapan emosi pribadi. Namun pada zaman dahulu tidak akan ditemukan warna sebagai ungkapan pribadi, karena seni pada zaman Hindu - Budha  diabdikan kepada agama, dan raja. Untuk beberapa abad berikutnya para perupa mempergunakan warna dengan meniru warna alam (naturalistik) atau warna sebagai wakil dari benda yang sebenarnya. Penonjolan warna merupakan ekpresi yang kedua bagi perupa-perupa abad tersebut sehingga kurang memberikan kesan ekpresif. Sejak abad 19 para seniman menganggap warna merupakan alat ekspresi yang digunakan secara serius dan konsekuen.

Posting Komentar

0 Komentar