TARI TOPENG: PENGGAMBARAN DUA
SISI MANUSIA
Tari Topeng merupakan salah
satu seni tarian yang berasal dari wilayah Cirebon, Jawa Barat. Tari khas ini
dinamakan Tari Topeng karena penarinya menggunakan topeng saat menari. Para
penari Tari Topeng Cirebon, akan memainkan peran sesuai karakter-karakter
topeng yang mereka kenakan. Tari Topeng dapat ditarikan oleh satu penari tarian
solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang. Thomas Stamford Raffles
dalam bukunya yang bertajuk “The
History of Java” pernah mendeskripsikan kesenian Tari Topeng
Cirebon. Di mana dalam karyanya Ia menyebutkan bahwa kesenian ini merupakan
penjabaran dari cerita Panji yang dinarasikan kisahnya oleh satu orang dalang
atau lebih dan enam orang pemuda yang mementaskannya, lalu diiringi oleh empat
orang musisi gamelan.
Pada awal tarian, tiga orang penari duduk
bersila di tengah panggung. Dengan kostum berwarna cerah, kemudian mereka
membungkuk dan tidak lama mereka berdiri dan sudah memakai topeng dan mulai
menari. Tiga penari ini adalah dalang tarian. Kemudian dari samping panggung
muncul tujuh penari yang melengkapi formasi Tari Topeng ini. Dengan gerakan
yang lentur, mereka berpasang-pasangan, menari-nari dengan menggunakan topeng.
Formasi berpasangan ini seperti menandakan bahwa dua sisi baik dan buruk akan
saling melengkapi dalam diri tiap manusia. Kesepuluh penari terlihat semakin
enerjik dengan sesekali melompat dan melemparkan selendang. Di lain gerakan,
mereka juga melepas topeng dan berputar-putar. Para penari juga sesekali membentuk
formasi seperti ingin memberikan sambutan kepada penonton. Dengan iringan musik
yang berasal dari kendang dan gamelan yang rancak, gerakan-gerakan penari ini
semakin menarik untuk disaksikan.
Konon tarian ini memiliki gambaran tentang nilai
filosofi hidup manusia. Di mana manusia dipercaya memiliki dua sisi yang selalu
melekat dalam dirinya, yakni sifat baik dan buruk. Terkadang ada manusia yang
harus menggunakan topeng (dalam artian cara bersikap) untuk menutupi
identitasnya dan menjadi orang lain, bukan dirinya sendiri. Topeng atau yang
biasa disebut kedok ini akan terus melekat selama manusia menjalani
kehidupannya. Dua sisi kehidupan inilah yang menjadi inspirasi dari Tari Topeng
Cirebon yang berasal dari Jawa Barat ini. Secara umum, Tari Topeng Cirebon
menggambarkan bagaimana cara manusia dalam menyikapi perilaku hidup dan
memaknainya.
Tari Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah
Cirebon, termasuk Indramayu dan Jatibarang. Tari topeng Cirebon adalah salah
satu tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya
menggunakan topeng di saat menari. Tari Topeng mempunyai nilai hiburan yang
mengandung pesan-pesan terselubung, Adanya unsur-unsur yang terkandung
didalamnya mempunyai arti simbolik yang sangat menyentuh berbagai aspek
kehidupan, sehingga juga mempunyai nilai pendidikan. Meliputi aspek kehidupan
manusia seperti kepribadian, kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara
murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga
menginjak dewasa.Dalam hubungan itu, tidaklah mengherankan bahwa Tari Topeng
Cirebon dapat dijadikan media komunikasi untuk dimanfaatkan secara positif.
Pada saat Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam, Sultan
Cirebon; Syekh Syarif Hidayatulah yang juga seorang anggota Dewan Wali Sanga
yang bergelar Sunan Gunung Jati, bekerja sama dengan Sunan Kalijaga
memfungsikan Tari Topeng dan 6 (enam) jenis kesenian lainnya sebagai bagian
dari upaya penyebaran agama Islam dan sebagai tontonan dilingkungan Keraton.
Adapun Keenam kesenian tersebut adalah Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai,
Angklung, Reog dan Berokan.
Jauh sebelum Tari Topeng masuk ke Cirebon, Tari Topeng tumbuh dan
berkembang sejak abad 10 –11 M. Pada masa pemerintahan Raja Jenggala di Jawa
Timur yaitu Prabu Panji Dewa. Melalui seniman jalanan ( pengamen ) Seni Tari
Topeng masuk ke Cirebon dan kemudian mengalami perpaduan dengan kesenian rakyat
setempat.
Tari topeng sendiri banyak macamnya dan mengalami perkembangan
dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng
dimainkan oleh seorang penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh
beberapa orang.
Jenis-jenis Tari Topeng Cirebon
1. Panji
Menggambarkan kesucian manusia yang baru lahir. Gerakannya halus dan lembut. Tidak seluruh tubuh digerakan.
2. Samba atau Pamindo
Melambangkan kelincahan manusia dimasa kanak-kanak. Sikapnya lincah dan lucu tetapi juga luwes.
3. Rumyang
Menggambarkan kehidupan seorang remaja pada masa akil baligh.
4. Tumenggung atau Patih
Menggambarkan manusia yang sudah menginjak dewasa dan telah menemukan jati dirinya. Sikapnya tegas, berkepribadian, bertanggung jawab dan memiliki jiwa korsa yang Paripurna.
5. Kelana atau Rahwana
Melambangkan sifat angkara murka yang terdapat dalam manusia.
1. Panji
Menggambarkan kesucian manusia yang baru lahir. Gerakannya halus dan lembut. Tidak seluruh tubuh digerakan.
2. Samba atau Pamindo
Melambangkan kelincahan manusia dimasa kanak-kanak. Sikapnya lincah dan lucu tetapi juga luwes.
3. Rumyang
Menggambarkan kehidupan seorang remaja pada masa akil baligh.
4. Tumenggung atau Patih
Menggambarkan manusia yang sudah menginjak dewasa dan telah menemukan jati dirinya. Sikapnya tegas, berkepribadian, bertanggung jawab dan memiliki jiwa korsa yang Paripurna.
5. Kelana atau Rahwana
Melambangkan sifat angkara murka yang terdapat dalam manusia.
Topeng Cirebon adalah gambaran sangat puitik tentang hadirnya alam
semesta serta umat manusia. Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan ketunggalan
mutlak tanpa pembedaan, berubah menjadi keanekaan relatif yang sangat
berbeda-beda sifatnya. Tari Panji misalnya. Adalah tarian Sang Hyang Tunggal
itu sendiri, dan tarian-tarian lainnya yang empat adalah perwujudan dari
emanasi diriNya menjadi pasangan-pasangan sifat yang saling bertentangan.
Topeng Cirebon adalah tarian ritual yang amat sakral. Tarian ini
sama sekali bukan tontonan hiburan. Itulah sebabnya dalam kitab-kitab lama
disebutkan, bahwa raja menarikan Panji dalam ruang terbatas yang disaksikan
saudara-saudara perempuannya. Untuk menarikan topeng ini diperlukan laku puasa,
pantang, semedi.
Tarian juga harus didahului oleh persediaan sajian. Dan sajian itu
bukan persembahan makanan untuk Sang Hyang Tunggal. Sajian adalah
lambang-lambang dualisme dan peng-esa-an. Inilah sebabnya dalam sajian sering
dijumpai bedak, sisir, cermin yang merupakan lambang perempuan, didampingi oleh
cerutu atau rokok sebagai lambang lelaki. Bubur merah lambang dunia manusia,
bubur putih lambang Dunia Atas. Cowek batu yang kasar sebagai lambang lelaki,
dan uleg dari kayu yang halus sebagai lambang perempuan. Pisang lambang lelaki,
buah jambu lambang perempuan. Air kopi lambang Dunia Bawah, air putih lambang
Dunia Atas, air teh lambang Dunia Tengah. Sesajian adalah lambang keanekaan
yang ditunggalkan.
0 Komentar