Tari Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di dunia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari. Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topengtopeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut (Wikipedia). Topeng tumbuh dan berkembang dibeberapa daerah setempat salah satunta terdapat di daerah Cirebon. Topeng khusunya di daerah Cirebon, mempunyai kedudukan serta peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pada awal kemunculannya, topeng Cirebon mempunyai peranan sebagai media penyebaran agama Islam. Dalam sebuah buku yang berjudul Pesta Topeng Cirebon yang dikemukakan oleh Toto Amsar Suanda menyatakan bahwa, topeng telah dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga (salah seorang dari 9 wali) sebagai alat untuk menyebarluaskan Islam, dimana wali itu sendiri tampil membawakan pertunjukan tersebut untuk menarik perhatian para penganutnya. Konon Sunan Kalijaga mempunyai putra bernama Pangeran Panggung yang juga mempunyai andil besar di dalam menyebarluaskan agama Islam melalui pertunjukan wayang dan topeng.
Gaos Hardja Somantri menerangkan bahwa, Sunan Panggung memperoleh pengetahuan tentang permainan wayang dan topeng dari Sunan Kalijaga, yang kemudian diajarkan lagi kepada muridnya di Cirebon bernama Pangeran Bagusan. Ia menurunkan lagi kepada anak cucunya di Bagusan, Trusmi, dan Losari. Dari tempat inilah kiranya topeng Cirebon menyebar sampai ke Indramayu, Majalengka, dan ke daerah lainnya di Jawa Barat dengan perkembangan masing-masing dalam berbagai bentuk serta gaya tariannya. Salah satu group topeng yang terkenal pada masa itu adalah Wentar dan Koncar yang dikenal dengan duo wong bebarang berasal dari daerah Ciliwung, Palimanan Kabupaten Cirebon. Topeng Cirebon tersebar di daerah pesisir kabupaten Cirebon, ada di Losari (Barat dan Timur), bagian timur sudah termasuk Jawa Tengah, ada di Ciliwung-palimanan, Slangit, Kreyo, Gujeg, Kalianyar, Gegesik dan lain-lain. Di daerah luar Kabupaten Cirebon terdapat di Indramayu, diantaranya di Cibereng-Cikedung dan Jatibarang. Di daerah Majalengka terdapat di Beber. Ada pula di Kabupaten Subang yang sering disebut dengan topeng Menor. (Suanda, 1993, hlm. 34). Tari Topeng Cirebon terdiri dari lima jenis karakter yang sering dipertunjukan, yaitu :
1. Topeng Panji Panji diartikan sebagai yang pertama, sebab kata panji berasal dari siji (satu). Diartikan pertama sebab di dalam pertunjukan topeng Cirebon, topeng panji merupakan tarian yang mengawali pertunjukannya. Topeng panji menggambarkan manusia yang baru lahir ke dunia. Tari Topeng Panji adalah gambaran seorang bayi yang tak berdaya. Gambaran itu dinyatakan oleh gerakan-gerakan tariannya yang kecil-kecil dan banyak diam (Suanda, 1989, hlm. 21).
2. Topeng Pamindo atau Samba Pamindo berasal dari kata mindo, artinya kedua. Sesuai dengan namanya, tari topeng Pamindo pada umumnya ditarikan pada kesempatan kedua dalam pertunjukan topeng Cirebon. Di beberapa daerah topeng Pamindo digambarkan sebagai seorang remaja yang mulai menginjak dewasa, sebagai seseorang yang sudah mulai ingin serba tahu. Kelincahan geraknya juga menggambarkan seseorang yang sangat energik, akan tetapi terkesan gambaran seorang manusia yang kesusu (terburu-buru) tak mengenal lelah. Kenyataan ini bisa kita telaah dari gerakan tariannya yang lincah, berirama cepat dan gerakannya terpatah-patah
3. Topeng Rumyang Rumyang berasal dari kata ramyang-ramyang. Artinya mulai terang. Ramyang-ramyang atau carancang tihang (sunda) adalah keadaan menjelang pagi yang masih samar-samar, setengah terlihat. Rumyang digambarkan sebagai seseorang yang sudah agak terang melihat kehidupan sekelilingnya dan dunianya. Didalam pertunjukan topeng Cirebon, Rumyang ditarikan pada bagian ketiga Karakter dan kedoknya berkarakter sama dengan pamindo yaitu lanyap, atau ladak (lincah) (Suanda, 1989, hlm. 29).
4. Topeng Tumenggung atau Patih Menurut Suanda (1989, hlm. 32),”Dalam pertunjukan topeng Cirebon, Tumenggung ditarikan pada bagian keempat yang biasanya dilanjutkan dengan peperangan dengan jinggananom.
5. Topeng Klana Didalam pertunjukan topeng Cirebon, tari topeng klana biasanya ditarikan paling akhir, akan tetapi ada juga yang menarikannya pada kesempatan keempat seperti di daerah Losari, Gegesik. Di daerah Cikedung, topeng Klana juga ditarikan pada bagian keempat. Tari Topeng Klana adalah gambaran seseorang yang berwatak angkara murka, serakah dan zalim. Gambaran seperti tersebut diungkapkan melalui gerakan-gerakan yang keras dan kuat. Angkatan kakinya senantiasa tinggi sedangkan rentangan tanggannya dibuat lebar dan besar
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa penyebaran wilayah topeng berpengaruh terhadap gaya dari masing-masing gerak topeng khusunya Tari Topeng Klana, meskipun sama-sama mempunyai arti dan maksud tertentu terkadang geraknya itu sangat berbeda dan mempunyai makna yang berbeda pula, seperti yang dikatakan oleh Dede Jaelani (wawancara tanggal 11 Februari 2017) bahwa, “Indramayu memiliki beberapa kesenian salah satunya tari Topeng. Tari Topeng Indramayu berasal dari wilayah Utara Cirebon dan perkembangan topeng Indramayu terbagi menjadi beberapa wilayah yaitu ada yang di Pekandangan, Tambi, Lelea dan Cibereng”. Tari Topeng Indramayu tidak jauh berbeda dengan Cirebon dalam struktur pertunjukan topengnya, yang dimana di Indramayu itu terdapat tari topeng klana udeng yang menjadi pembeda dalam struktur penyajian tari topeng Cirebon dan Indramayu. karena Indramayu hanya ada topeng panji, pamindo atau samba, tumenggung atau patih, klana dan klana udeng. Selain di Pekandangan dan Tambi yang masih melestarikan tari Topeng di wilayah Indramayu, di Losarang juga ada yaitu di Sanggar Seni Asem Gede yang masih melestarikan tari topeng khusunya Tari Topeng Klana gaya Mama Carpan. Tari Topeng Klana gaya Mama Carpan di Sanggar Seni Asem Gede ini berfungsi sebagai sarana pertunjukan bagi masyarakat kota Indramayu dan disekitar wilayah Losarang. Jika dilihat dari segi tariannya, Tari Topeng Klana gaya Mama Carpan ini sangat menarik karena banyak sekali menggunakan gerak patah-patah (stacato) dalam tarianya. Selain itu, dalam Tari Topeng Klana Gaya Mama Carpan terdapat pakem-pakem gerak yang tetap dipertahankan hinga kini tidak ada perubaha. Artinya, gerak-gerak pokok pada tari Topeng gaya Mama Carpan harus sesuai dengan pakem gerak yang ada, perubahan hanya terletak pada penggunaan jumlah gerak pokok. Perubahan yang dimaksud adalah adanya penambahan atau pengurangan jumlah gerak pokok sesuai dengan kebutuhan pertunjukan. Tari Topeng Klana Gaya Mama Carpan ini dinamis dan energik, Tari Topeng Klana Gaya Mama Carpan memiliki gerak yang unik. meskipun tidak ada hubungan yang logis dalam penjelasannya justru itu yang membuat keunikan tersendiri dalam koreografi Tari Topeng Klana Gaya Mama Carpan di Sanggar Seni Asem Gede. Gerak khas yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat pertanian dalam tarian ini yaitu pada gerak Ojeng-Ojeng yang terbagi menjadi 4 macam motif gerak dan melambangkan seorang petani yang sedang marah karena ladang pertaniannya terkena hama, sedangkan jaran kuningan menggambarkan seekor kuda yang sedang mengamuk, serta bentuk gerak jari tangan yang masih seperti pada bentuk jari tangan wayang kulit masih digunakan dan busana yang masih mempertahankan ketradisiannya dalam Tari Topeng Klana Gaya Mama Carpan.
0 Komentar