Topeng CirebonTopeng Cirebon merupakan
salah satu kesenian asli daerah Cirebon termasuk wilayah disekitar Cirebon
seperti Indramayu dan Jatibarang. Karena penarinya menggunakan topeng Cirebon
pada saat menari, maka tarian ini disebut tari topeng cirebon. Salah satu
perangkat tarian yaitu berupa topeng Cirebon ini sendiri banyak sekali jenisnya
serta mengalami perkembangan. Termasuk dalam hal gerakan, maupun cerita yang
ingin disampaikan. Tari topeng cirebon ini bisa dilakukan perorangan atau
dimainkan bersama dengan bebrapa penari.
Topeng
Cirebon berbeda dari topeng di wilayah Jawa, perbedaan terutama pada wajah
topeng Cirebon yang lebih runcing. Topeng Cirebon ini terdiri dari 5 jenis (Rahwana,Tumenggung,Rumyang,Samba
dan Panji). Topeng-topeng ini sering digunakan untuk tari topeng yang mengisahkan
cerita yang berkaitan dengan penyebaran agama islam
Siapakah
yang menciptakan tarian ini pertama kali? Sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti, karena masyarakat Indonesia lama tidak akrab dengan budaya tulis.
Meskipun budaya tulis dikenal di Keraton-keraton Indonesia, tetapi tidak
terdapat kebiasaan mencatat pencipta-pencipta kesenian, kecuali dalam beberapa
karya sastranya saja.
Banyak
orang menduga bahwa pada zaman Raja Majapahit, Hayam Wuruk, tarian topeng
Cirebon sudah meraih sukses dan dikenal. Dalam Negarakertagama dan Pararaton
dikisahkan raja ini menari topeng (kedok) yang terbuat dari emas. Hayam Wuruk
menarikan topeng emas (atapel, anapuk) di lingkungan kaum perempuan istana
Majapahit. Jadi Tari topeng Cirebon ini semula hanya ditarikan para raja dengan
penonton perempuan (istri-istri raja, adik-adik perempuan raja, ipar-ipar
perempuan raja, ibu mertua raja, ibunda raja). Sehingga muncul dugaan bahwa
Topeng Cirebon ini sudah populer di zaman Majapahit antara tahun 1300 sampai
1400 Masehi.
Saat
ini, kerajinan topeng cirebon kurang diminati masyarakat Indonesia, meski lebih
disukai orang luar negeri. Kerajinan topeng cirebon pun nyaris punah karena
perajin topeng Cirebon yang sudah tua kesulitan mencari tenaga ahli yang masih
muda walau permintaan ekspor tinggi. Topeng-topeng cirebon juga banyak dimintai
pelancong dari Amerika Serikat, Jepang, Filipina, dan Australia.
Persaingan
dalam usaha kerajinan topeng Cirebon tidak ketat. Sanggar kerajinan topeng di
Cirebon tidak lebih dari lima buah. Hal ini disebabkan makin sulitnya mencari
perajin topeng cirebon. Tahun 2001, Pemerintah Kota Cirebon pernah membina
sekitar 40 orang menjadi perajin topeng Cirebon, namun hasilnya belum seperti
yang diharapkan.
Ketika
Sunan Gunung Jati berkuasa sebagai Pimpinan Islam di Cirebon, terjadi upaya
untuk meruntuhkan kekuasaan Cirebon di Jawa Barat. Tokoh adalah Pangeran Welang
dari daerah Karawang yang sangat sakti dan memiliki pusaka berupa sebuah pedang
bernama Curug Sewu. Penguasa Cirebon tidak ada yang bisa menandingi kesaktian
Pangeran Welang. Maka disepakati bahwa untuk menghadapi musuh yang harus
dihadapi dengan diplomasi kesenian (topeng Cirebon). Setelah disepakati bersama
antara Sunan Gunung Jati, Pangeran Cakrabuana dan Sunan Kalijaga maka
terbentuklah team kesenian dengan penari yang sangat cantik yaitu Nyi Mas
Gandasari dengan syarat penarinya memakai kedok/topeng Cirebon.
Mulailah
team kesenian topeng Cirebon ini mengadakan pertunjukan ke setiap tempat
seperti lazimnya sekarang disebut ngamen. dalam waktu singkat team kesenian ini
menjadi terkenal sehinga Pangeran Walang pun penasaran dan tertarik untuk
menontonnya. Setelah pangeran Walang menyaksikan sendiri kebolehan sang penari
topeng Cirebon, seketika itu pula dia jatuh cinta Nyi Mas Gandasari pun berpura
– pura menyambut cintanya dan pada Saat Pangeran Walang melamar maka Nyi Mas
Gandasari minta dilamar dengan Pedang Curug Sewu. Pangeran Walang tanpa pikir
panjang menyerahkan pedang pusaka tersebut bersamaan dengan itu maka hilang
semua kesaktian Pangeran Walang.
Topeng
Cirebon adalah simbol penciptaan semesta yang berdasarkan sistem kepercayaan
Indonesia purba dan Hindu-Budha-Majapahit. Paham kepercayaan asli, di mana pun
di Indonesia, dalam hal penciptaan, adalah emanasi. Paham emanasi ini diperkaya
dengan kepercayaan Hindu dan Budha. Paham emanasi tidak membedakan Pencipta dan
ciptaan, karena ciptaan adalah bagian atau pancaran dari Sang Hyang Tunggal.
Topeng
Cirebon menyimbolkan bagaimana asal mula Sang Hyang Tunggal ini memecahkan
diriNya dalam pasangan-pasangan kembar saling bertentangan itu, seperti terang
dan gelap, lelaki dan perempuan, daratan dan laut. Dalam tarian ini digambarkan
lewat tari Panji, yakni tarian yang pertama. Tarian Panji ini merupakan
masterpiece rangkaian lima tarian topeng Cirebon. Tarian Panji justru merupakan
klimaks pertunjukan. Itulah peristiwa transformasi Sang Hyang Tunggal menjadi
semesta. Dari yang tunggal belah menjadi yang aneka dalam pasangan-pasangan.
0 Komentar