Tari
topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon.
Tari Topeng Cirebon kesenian merupakan
asli Cirebon,
termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari,
dan Brebes. Disebut tari topeng, karena penarinya
menggunakan topeng di saat menari. Pada pementasan tari Topeng
Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan
karakter topeng-topeng tersebut.
Pada tari Topeng Cirebon terdapat beberapa
gaya tarian yang secara umum telah diakui secara adat gaya-gaya ini
berasal dari desa-desa asli tempat di mana tari Topeng Cirebon lahir dan juga
dari desa lainnya yang menciptakan gaya baru yang secara adat telah diakui
lepas dari gaya lainnya. Endo Suanda seorang peneliti tari Cirebon melihat
perbedaan gaya tari Topeng Cirebon antar daerah tersebut dikarenakan adanya
penyesuaian selera penonton dengan nilai estetika gerak tarian di atas panggung
.
Tari topeng konon katannya terbuat dari
kertas ,rotan dan lain lain contoh bentuknya seperti topeng panji, samba, rumyang,
tumenggung, dan kelana.
Properti Tari Topeng adalah alat dan
hiasan yang digunakan penari topeng saat naik pentas. Properti tari topeng
menghiasi seluruh tubuh penari, mulai dari kepala hingga kaki.
Properti Tari Topeng yang utama adalah topeng. Tiap tari topeng memiliki pakem ekspresi wajah topeng tersendiri. Ada yang menggambarkan sosok jenaka hingga menggambarkan ekspresi sosokkesatria.
Tari Topeng sendiri merupakan tarian tradisional yang memakai topeng sebagai properti utamanya. Hampir setiap daerah memiliki tari topengnya masing masing. Seperti tari topeng dayak dari suku dayak Modang di wilayah kalimantan, Tari topeng reog dan tari topeng cirebon.
Properti Tari Topeng yang utama adalah topeng. Tiap tari topeng memiliki pakem ekspresi wajah topeng tersendiri. Ada yang menggambarkan sosok jenaka hingga menggambarkan ekspresi sosokkesatria.
Tari Topeng sendiri merupakan tarian tradisional yang memakai topeng sebagai properti utamanya. Hampir setiap daerah memiliki tari topengnya masing masing. Seperti tari topeng dayak dari suku dayak Modang di wilayah kalimantan, Tari topeng reog dan tari topeng cirebon.
Tari
topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal
gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan
oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Tari Topeng Cirebon pada zaman dahulu
biasanya dipentaskan menggunakan tempat pagelaran yang terbuka berbentuk
setengah lingkaran, misalnya di halaman rumah, di blandongan (bahasa
Indonesia: tenda pesta) atau di bale (bahasa
Indonesia: panggung) dengan obor sebagai penerangannya, tetapi dengan
berkembangnya zaman dan teknologi, tari Topeng Cirebon pada masa modern juga
dipertunjukan di dalam gedung dengan lampu listrik sebagai tata cahayanya.
Thomas Stamford Raffles dalam bukunya
The History of Java mendeskripsikan
bahwa kesenian topeng Cirebon merupakan penjabaran dari cerita Panji dimana
dalam satu kelompok kesenian topeng terdiri dari dalang (yang menarasikan
kisahnya) dan enam orang pemuda yang mementaskannya diiringi oleh empat orang
musisi gamelan
Tari topeng Cirebon dengan gerakan tangan dan tubuh
yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab,
memang memiliki ciri khas tersendiri. Tidak hanya itu, ternyata sarat makna dan
filosofis.
Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian
tradisional yang ada di Cirebon Jawa Barat Indonesia. Tari ini dinamakan
tari topeng karena ketika beraksi sang penari memakai topeng.
Konon pada awalnya, Tari Topeng Cirebon diciptakan oleh sultan
Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati
berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang.
Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang yang diberi
nama Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati
tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan
Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian
Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.
Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari,
dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal,
akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang
Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya.
Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran
Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati.
Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang
ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan.
Seiring dengan berjalannya waktu, tari
topeng cirebon
inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang
hingga sekarang.
Dalam tarian ini biasanya sang penari berganti topeng hingga
tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup
dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng yang dikenakan, gamelan
yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang
diperankan.
Tidak hanya topeng, Saat akan mementaskan
tarian ini, banyak perlengkapan yang harus dipersiapkan. Perlengkapan busana
seperti baju yang berlengan dan dasi dengan peniti ukon. Ukon adalah mata uang
pada zaman dulu. Tak lupa juga ikat pinggang yang dilengkapi badong, keris,
gelang, dan juga kain batik
Tari Topeng Cirebon ini diawali dengan formasi membungkuk,
formasi ini melambangkan penghormatan kepada penonton dan sekaligus pertanda bahwa
tarian akan dimulai. Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah
maju-mundur yang diiringi dengan rentangan tangan dan senyuman kepada para
penontonnya.
Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan membelakangi penonton
dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng berwarna putih, topeng
ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah dimulai.
Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para
penari itu berbalik arah membelakangi para penonton sambil mengganti topeng
yang berwarna putih itu dengan topeng berwarna biru. Proses serupa juga
dilakukan ketika penari berganti topeng yang berwarna merah. Uniknya, seiring
dengan pergantian topeng itu, alunan musik yang mengiringinya maupun gerakan
sang penari juga semakin keras. Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika
topeng warna merah dipakai para penari.
Seperti
yang disebutkan diatas, masing-masing warna topeng yang dikenakan mewakili
karakter tokoh yang dimainkan, sebut saja misalnya warna putih. Warna ini
melambangkan tokoh yang punya karakter lembut dan alim. Sedangkan topeng warna
biru, warna itu menggambarkan karakter sang ratu yang lincah dan anggun.
Kemudian yang terakhir, warna merah menggambarkan karakter yang berangasan
(tempramental) dan tidak sabaran. Dan busana yang dikenakan penari sendiri
adalah biasanya selalu memiliki unsur warna kuning, hijau dan merah yang
terdiri dari toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan ampreng.
Untuk
memakai topeng ini adalah dengan cara digigit pada bantalan karet di bagian
dalam topeng tersebut. Selain itu penari juga mengenakan penutup kepala yaitu
sobra, yang dilengkapi dengan dua buah sumping dan jamangan. Pada saat
mementaskan topeng tumenggung, busana penari ditambah dengan mengenakan tutup
kepala kain ikat dan dilengkapi dengan peci dan kaca mata.
Selain
itu perlengkapan yang harus dikenakan adalah kain sampur atau selendang, kaos
kaki putih sepanjang lutut, dan Mongkron yang terbuat dari batik lokoan. Penari
topeng juga mengenakan celana bawah lutut. Perlengkapan paling penting dalam
pementasan tarian ini adalah kedok atau topeng, yang terbuat dari kayu.
0 Komentar