Perkembangan tari topeng klana




Indonesia sudah terkenal dengan kebudayaan yang beraneka ragam yang ada di seluruh propinsi yang ada. Salah satu kebudayaan itu adalah seni tari. Seni tari setiap daerah mempunyai ciri khas yang berbeda dengan daerah lainnya. Salah satunya adalah tari topeng Cirebonan.

Tari topeng Cirebonan ini ternyata salah satu seni yang berisi hiburan juga mengandung simbol-simbol yang melambangkan berbagai aspek kehidupan seperti nilai kepemimpinan, kebijaksanaan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa. Dalam hubungan ini maka seni tari topeng ini dapat digunakan sebagai media komunikasi yang sangat positif sekali.Saya enggan menyebutkan siapa pencipta Tari Topeng Kelana, karena beberapa sumber menyebutkan bahwa Tari Topeng Kelana, sudah ada sejak zaman Kerajaan Singasari.Awalnya Tari Topeng Kelana hanya dipentaskan di lingkungan kerajaan saja artinya hanya dipertontonkan untuk keluarga kerajaan, dan tarian ini dinilai bersifat spiritual bukan sebagai hiburan.Seiring dengan berjalannya waktu terjadi pergeseran nilai,Tari Topeng Kelana ditampilkan disetiap kesempatan dan lebih memasyarakat.

Manikam Khatulistiwa sebagai lembaga seni budaya yang mengusung seni tradisional, mewajibkan para penarinya untuk menguasai Tari Topeng Kelana. Dida Margana yang melatih para penari, dan Tari Topeng Kelana ini termasuk jenis tarian yang sulit serta memerlukan keahlian yang cukup baik. Tari Topeng Kelana merupakan penggambaran dari tabiat seseorang yang berperilaku buruk, serakah dan arogan.

Unsur-unsur yang terdapat pada seni tari topeng mengandung simbol-simbol dan penuh dengan pesan terselubung, baik dari warna kedok, jumlah kedok, jumlah gamelan pengiring dan lainnya.Jumlah topeng keseluruhannya ada 9 buah yaitu panji, samba atau pamindo, rumyang, tumenggung atau patih, kelana atau rahwana, pentul, nyo atau sembelep, jingananom dan aki-aki.Topeng yang dijadikan topeng pokok ada lima buah yaitu panji, samba, rumyang, tumenggung dan kelana, sedangkan keempat kedok lainnya digunakan apabila dibuat cerita atau lakon seperti Jaka Blowo, Panji Blowo, Panji Gandrung dan lainnya.Kelima kedok itu disebut dengan Topeng Panca Wanda yang artinya topeng lima profil

Dahulu tari topeng kelana diyakini sebagai tari yang hanya dipentaskan di dalam lingkungan kerajaan. Tari ini dibawakan oleh raja dan hanya dipertontonkan kepada perempuan dalam lingkungan kerajaan, seperti para istri raja, mertua, hingga ipar perempuan raja. Karenanya, dahulu tari topeng kelana dinilai lebih bersifat spiritual daripada sebagai hiburan. Secara umum, tari topeng kelana terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian baksarai dan ngedok. Baksarai merupakan pementasan tari ketika belum mengenakan topeng, sedangkan ngedok merupakan bagian saat para penari sudah mengenakan topeng. Tari topeng kelana biasanya dipentaskan oleh laki-laki, tapi pakem tersebut telah berubah. Sejalan dengan perkembangannya, kini perempuan juga banyak yang mementaskan tarian topeng kelana. Tari topeng kelana biasa dipentaskan oleh 4-6 orang penari. Gerakan dalam tari ini cenderung energik dan bersemangat, tapi tetap memerlukan keluwesan untuk bisa mementaskannya. Dilihat dari gerakan dan topeng yang dikenakan, tari ini merupakan penggambaran seseorang yang berperilaku buruk, serakah, arogan layaknya tokoh Rahwana dalam pewayangan.
Banyak yang percaya bahwa tari topeng kelana merupakan tari yang sudah ada di kalangan istana raja-raja di Pulau Jawa sebelum kemudian berkembang di daerah Cirebon.
Di kalangan masyarakat Cirebon, tari topeng kelana merupakan tari yang boleh dipentaskan oleh siapa saja. Fungsi tari ini menjadi sarana hiburan. Dengan iringan musik gojing yang meriah dan bersemangat, tari topeng kelana menjadi pementasan yang ciamik untuk ditonton.


Topeng klana sekarang tidak hanya dipentaskan dikeraton saja,tetapi sekarang sudah bisa dipertontonkan oleh orang luar negeri bukan hanya orang dalam negeri saja,penjelasannya diantarannya sebagai berikut;
Saat ini tari topeng tidak hanya dipentaskan di keraton,tapi sudah mulai dikenal masyarakatIndonesia melalui TV dan channel-channel yang menyiarkan tentang budaya lokal .
Tari Topeng Kelana /  Klana sudah mulai
dipentaskan hingga keluar negeri. Pada Tahun1977, Mimi Sawitri (Tokoh Tari Topeng) danrombongan diundang oleh Pemerintah AS untukmementaskan Tari Topeng Klana di New York.
Tari Topeng Kelana pernah ditampilkan pula sebanyak 6 penari Manikam Khatulistiwa di acara Summer Festival Bratislava 2016 lalu dan Journee Indonesie di Prancis 2017.
Mereka juga pernah tampil di Osaka dan Jepang pada tahun 1989, dan Mereka jugatampil di Hongkong pada tahun yang sama.
Dan masih banyak lagi negara-negara yangmereka kunjungi untuk mementaskan TariTopeng Klana
Tahun 1970-an merupakan tahun keemasan bagi Tari Topeng Klana untuk pementasannya
Tari Topeng Klana ini merupakan rangkaian gerakan tari yang menceritakan sang Prabu Minakjingga (Klana) yang tergila-gila pada kecantikan dari sang Ratu Kencana Wungu, sampai kemudian berusaha mendapatkan pujaan hatinya. Akan tetapi upaya pengejarannya tidak mendapat hasil. Kemarahan yang tidak bisa lagi disembunyikannya kemudian membeberkan segala tabiat buruknya.
Pada dasarnya, bentuk serta warna topeng akan mewakili karakter atau watak dari tokoh yang dimainkan. Klana, dengan topeng dan busana yang didominasi oleh warna merah mewakili karakter yang tempramental. Pada tarian ini, Klana yang merupakan orang yang serakah, penuh amarah, serta tidak dapat menjaga hawa nafsu yang divisualisasikan ke dalam gerakan langkah kaki yang panjang-panjang dan juga menghentak. Sepasang tangannya juga terbuka dan jari-jari yang selalu mengepal.
Sebagian dari gerak tarinya menggambarkan seseorang yang gagah, marah, mabuk, atau tertawa terbahak-bahak. Tarian ini dapat dipadukan dengan irama Gonjing yang kemudian dilanjutkan dengan Sarung Ilang. Pola pengadegan tarinya sama dengan topeng lainnya yang terdiri atas bagian baksarai (tari yang belum memakai kedok) serta bagian ngedok (tari yang memakai topeng).
Banyak yang percaya bahwa tari topeng kelana merupakan tari yang sudah ada di kalangan istana raja-raja di Pulau Jawa sebelum kemudian berkembang di daerah Cirebon.
Di kalangan masyarakat Cirebon, tari topeng kelana merupakan tari yang boleh dipentaskan oleh siapa saja. Fungsi tari ini menjadi sarana hiburan. Dengan iringan musik gojing yang meriah dan bersemangat, tari topeng kelana menjadi pementasan yang ciamik untuk ditonton.
Mengingat sejarahnya bahwa Tari Topeng Kelana hanya dipertontonkan di kalangan raja-raja, Manikam Khatulistiwa pun pernah membawakan Tari Topeng Kelana di acara Musyawarah Agung Keraton Se-Nusantara yang dihadiri oleh raja dan sultan yang ada di Indonesia, prakrasai oleh Yang Mulia Kanjeng Sultan Sepuh XIV dari Kesultanan Cirebon. Diadakan di Bandung bersamaaan dengan acara kirab raja, sultan dan ratu yang mewarisi kesultanan di Indonesia.

Selain menampilkan Tari Topeng Kelana, di acara Musyawarah Agung Keraton Nusantara, kamipun menampilkan Rampak Kendang yang menggebrak mampu menyedot perhatian para yang mulia. Manikam Khatulistiwa konsisten pada seni dan budaya yang mengangkat kearifan lokal dan nilai tradisi, para penari bukan hanya menari tetapi sebagai duta seni budaya diajarkan pula filosofi yang terkandung di dalamnya termasuk pada Tari Topeng Kelana.


Posting Komentar

0 Komentar